SURABAYAKABARMETRO.COM, SURABAYA– Polemik ortu wajib ikut MOS atau Masa Orientasi Siswa SD dan SMP di Surabaya, menjadi perbincangan publik.
Sejumlah orang tua murid menyatakan menolak kebijakan itu.
Satu di antaranya adalah Ratna, warga Gang Mlaten, Waringin, Surabaya.
Menurutnya, kebijakan itu sangat memberatkan orang tua.
Alasannya, tidak semua orang tua memiliki banyak waktu untuk mengikuti kegiatan itu.
“Saya ini kan bekerja, sedangkan suami saya bekerja. Kalau diwajibkan ikut MOS anak saya nanti, akhirnya terpaksa izin atau bolos kerja,” kata Ratna, Minggu 18 Juni 2023.
Ratna melanjutkan, dirinya setuju kebijakan itu diterapkan, jika Pemkot Surabaya memberikan semacam edaran kepada perusahaan untuk memberikan izin ortu yang wajib MOS.
“Kalau ada surat edaran dari Pemkot Surabaya ya tidak apa-apa,” jelasnya.
Hal senada disampaikan oleh Marsita warga Rungkut.
Marsita mengaku kebijakn itu diterapkan, jika Pemkot Surabaya meberikan jaminan kepada para karyawan agar tidak mendapatkan sanksi dari perusahaan.
“Sebenarnya programnya itu bagus juga. Tujuannya kan supaya ortu lebih mengenal lingkungan sekolah,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya berencana menerapkan kebijakan Masa Orientasi Siswa (MOS) bukan hanya untuk pelajar tapi juga orang tua.
Tujuannya, untuk mengenalkan lingkungan sekolah tidak hanya kepada siswa, namun juga kepada para orang tua.
Misalnya untuk edukasi antisipasi pelecehan seksual pada anak.
“Modul sudah saya siapkan. Saya berharap masa orientasi tidak hanya untu siswa, tapi juga ada masa orientasi orang tua, minimal sehari,” kata Kepala Dispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh, Jumat (16/6/2023). (surabayakabarmetro.com)
