Berita Jawa Timur Politik Surabaya Utama

Jelang Pilpres 2024, Pengamat Minta Jokowi Pegang Political Path dan Etika Politik: Merangkul Berbagai Pihak

Pengamat politik dari FISIP UNAIR, Airlangga Pribadi (istimewa/ surabayakabarmetro.com)

SURABAYAKABARMETRO.COM, SURABAYA– Menjelang Pilpres 2024 suasana politik di Indonesia terus berubah-ubah.

Sejumlah partai juga turut berganti-ganti pasangan koalisi.

Meski demikian, ada satu hal yang tetap menjadi sorotan, yaitu posisi Presiden Jokowi.

Tepatnya, yang dalam proses cawe-cawe politiknya dipandang oleh banyak kalangan sedang mengayun dalam merangkul para kandidat Presiden, terutama Ganjar Pranowo dan Prabowo.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh pengamat Politik FISIP UNAIR, Airlangga Pribadi, Selasa, (5/10/2023)

“Kesan merangkul beberapa pihak ini dapat dipahami apabila kita memandang rational and political interest dari posisi Presiden Jokowi, mengingat tingkat kepuasan yang sangat tinggi dari publik terhadap Presiden Jokowi berkisar pada angka 82 persen diakhir kepemimpinannya,” ujar Airlangga, Selasa (5/9/2023).

Dengan demikian, lanjut Airlangga, Jokowi tentu mengharapkan kontestasi pilpres 2024 yang minim polarisasi politik dan relatif stabil dan kondusif.

Oleh karena itu, di satu sisi Jokowi harus dekat dengan para kandidat seperti Ganjar, dan di sisi lain membangun hubungan baik dengan Prabowo Subianto.

Tujuannya, selain untuk menjaga stabilitas kepemimpinan kabinet, juga untuk mengkondisikan agar tidak terjadi benturan yang keras terutama di kalangan konstituen Ganjar dan Prabowo seperti yang dialami dalam dua pilpres yang berhadapan antara Prabowo dan Jokowi.

Namun demikian dalam konteks etika politik, bahwa Presiden Jokowi sebagai pejabat publik yang juga sebagai kader PDI Perjuangan yang notabene sebagai partai yang menyerap agregasi kepentingan dan aspirasi publik, dan membingkainya dalam garis ideologi partainya.

“Salah satu caranya adalah menampilkan Joko Widodo sebagai figur dalam momen momen elektoral baik dalam pilkada Solo 2 periode, pilkada Jakarta maupun dalam Pilpres 2014 dan 2019,” ucap Airlangga.

Artinya political path dan political origin dari Pak Jokowi adalah dari PDI Perjuangan. Secara etika politik maka pilihan politik yang pada ujungnya diambil oleh Jokowi adalah tidak akan mendukung kandidat Capres yang tidak diusung oleh partainya yaitu PDI Perjuangan.

“Jika bandingkan dengan politik di negara lain seperti Amerika Serikat yang memiliki kesamaan sistem presidential, meskipun bukan multi partai, adalah mustahil dan tidak etis misalnya Barrack Obama dalam Pilpres 2016 tidak mendukung Hillary Clinton, malah mendukung Donald Trump, atau sebelumnya Bill Clinton mendukung Al Gore tidak mendukung George W Bush. Mereka pasti mendukung kandidat dari partainya sendiri yaitu Partai Demokrat AS,” ujar Airlangga

Pijakan etika politik ini, masih kata Airlangga, menjadi hal yang penting dalam dinamika dansa politik menuju Pilpres Indonesia di 2024. (surabayakabarmetro.com)

Bagus

About Author

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Utama

Toko Karpet di Gemblongan Surabaya Terbakar, Kepanikan Sejumlah Orang Ikut Terekam

SURABAYA – Sebanyak dua toko karpet yang ada di Jalan Gemblongan, Surabaya terbakar, Minggu (16/10/2022) sore kemarin. Saat kejadian, kobaran
Berita Utama

Tim Antasena dan Sapuangin ITS Capai Prestasi Bergengsi di Kancah Internasional, Berjaya di Shell Eco-Marathon 2022

SURABAYA – Satu lagi prestasi yang berhasil ditorehkan oleh para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Mereka berhasil meraih prestasi